1. Pendahuluan
Isolator merupakan
salah satu komponen
sistem tenaga lstrik yang berfungsi untuk
mengisolasi konduktor jaringan bertegangan dengan
tiang penyangga atau
menara (tower). Bahan yang
sering digunakan untuk
isolator tegangan tinggi terbuat dari bahan keramik dan gelas.
Kelebihan bahan isolasi keramik dan gelas adalah kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah, tahan korosi, keras dan kuat. Namun, bahan isolasi keramik dan gelas memiliki kelemahan dari segi mekanis yaitu berat dan permukaannya yang bersifat menyerap air (hygroscopic) sehingga lebih mudah terjadi arus bocor pada permukaan yang akhirnya dapat menyebabkan lewat denyar (flashover).
Kelebihan bahan isolasi keramik dan gelas adalah kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah, tahan korosi, keras dan kuat. Namun, bahan isolasi keramik dan gelas memiliki kelemahan dari segi mekanis yaitu berat dan permukaannya yang bersifat menyerap air (hygroscopic) sehingga lebih mudah terjadi arus bocor pada permukaan yang akhirnya dapat menyebabkan lewat denyar (flashover).
Salah satu alternative
adalah menggunakan (memilih) bahan isolasi
polimer sebagai isolator
tegangan tinggi. Dibanding dengan
bahan keramik atau
bahan gelas, bahan isolasi
polimer memiliki keuntungan
antara lain :
sifat dielektris, resistivitas volume
dan sifat termal
lebih baik, konstruksi relatif
lebih ringan (rapat massa rendah), kedap air (hidrophobik), ketahanan
kimia yang baik,
ketahanan yang tinggi terhadap
asam, serta proses
pembuatan tidak memerlukan suhu
yang tinggi dan
relatif lebih cepat. Sedangkan kekurangannya antara lain :
bahan isolator polimer kurang tahan terhadap
perubahan cuaca sehingga
akan menyebabkan kekuatan mekanis menurun dan kerusakan fisik isolator
.
2. Landasan Teori
ISOLATOR
POLIMER
Isolator polimer
adalah isolator yang terbuat
dari susunan beberapa
monomer membentuk suatu isolator
sesuai dengan peruntukannya. Isolator
polimer yang kami gunakan
dalam penelitian ini
adalah isolator polimer dari
bahan dasar rubber
dengan bahan pengisi
(filler) silicon dan
alumina trihidrat yang disebut Silicon Insulation
Rubber disingkat dengan SIR.
Struktur kimia
elastomer silikon terdiri dari
tulang punggung ikatan
dari bahan anorganik (silikon dan oksigen) yang
tahan terhadap penuaan, namun
ikatan samping yang terdiri dari bahan
organik (karbon dan
hidrogen) dapat mengalami degradasi
oleh terpaan dari
berbagai faktor iklim seperti temperatur tinggi, kelembaban, hujan serta
radiasi ultraviolet dengan
intensitas tinggi sebagaimana yang
dijumpai di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia.
Terpaan iklim tropis secara simultan
pada isolator polimer
SIR kemungkinan akan mengakibatkan
degradasi sifat-sifatnya, yang ditandai
dengan perubahan warna, perubahan
sifat dielektrik dan menghilangnya sifat hidrofobik,
serta munculnya arus bocor
yang terus meningkat
sehingga pada akhirnya terjadi
keretakan (tracking) erosi, treeing yang akan memperpendek umur isolator.
3.
Pengujian
3.1 Pengujian Tegangan DC
Jika tegangan DC
dikenakan pada isolasi, maka akan mengalir arus yang terjadi pada saat awal
pencatuan yang akan memberikan energi pengisian (charging); tetapi, arus ini
berkurang sampai ke tingkat minimum dengan berlalunya waktu. Arus minimum
timbul sehubungan kebocoran atau rugi-rugi watt yang melalu isolator. Energi
yang diperlukan untuk mengisi isolator diketahui sebagai penomena absorpsi
dielektrik.
Pada praktek
sebenarnya, rugi-rugi dari dielektrik absoption (contohnya : arus absorpsi)
adalah lebih besar dari rugi-rugi bocor kontinyu. Dalam hal pengujian arus
searah, pengaruh dari dielektric absorption menjadi minimum dengan berlalunya
waktu dan oleh sebab itu, pengukuran arus bocor kontnyu dapat dilakukan.
Rugi-rugi bocor absorpsi dielektrik sangat peka terhadap kandungan moisture
dari isolasi yang sama kondisinya terhadap adanya kontaminasi pada isolator.
Kenaikan sedikit saja kandungan moisture dari isolasi menyebabkan kenaikan yang
besar dari arus absorpsi dielektrik. Fakta bahwa rugi-rugi dielektrik
berhubungan dengan absorpsi dielektrik yang menyebabkan rugi-rugi dielektrik,
pengujian PF atau DF, pengujian yang sangat peka untuk menditeksi moisture pada
isolasi. Bilamana tegangan DC diterapkan pada suatu isolasi, arus total yang
ditarik oleh isolasi adalah terdiri dari arus pengisian kapasitansi, arus
absorpsi dielektrik, dan arus bocor kontinyu. Arus-arus ini dan sifat-sifatnya
dibicarakan lebih detail pada bagian. “Direct Current Voltage Testing of
Electrical Equipment”.
3.2 Pengujian Tegangan AC
Dalam hal penerapan
tegangan AC pada suatu isolasi, arus yang besar akan mengalir yang tinggal
konstan sebagai arus bolak-balik mengisi dan membuang pada isolasi. Pengaruh
dari arus absorpsi dielektrik tetap tinggi karena medan dielektrik tidak pernah
menjadi penuh sehubungan dengan polaritas dari arus yang terbalik pada setiap
setengah siklus. Bilaman suatu tegangan AC diterapkan ke suatu isolasi, arus
yang ditarik oleh isolasi adalah berhubungan dengan pengisian kapasitansi,
absorpsi dielektrik, arus bocor kontinyu, dan korona yang akan dibahas dibawah.
1. Arus Pengisian Kapasitansi.
Didalam hal tegangan
AC, arus ini adalah konstan dan merupakan fungsi tegangan, konstanta dielektrik
dari bahan isolasi, dan geometri dari isolasi.
2. Arus Absorpsi Dielektrik.
Bilamana medan listrik ditempatkan memotong
suatu isolasi, molekul-molekul dipole berusaha untuk membuat segaris sesuai
medan. Karena molekul-molekul pada medan AC secara kontnyu berbalik dan tidak
pernah benar-benar segaris, energy yang diperlukan merupakan funsi dari bahan,
kontaminasi, (seperti air), dan frkwensi listrik. Dan tidak tergantung pada
waktu.
3. Arus Bocor (Konduktivitas).
Semua bahan-bahan isolasi akan
menghantar arus. Jika tegangan dinaikan di atas tingkat tertentu, elektron akan
memukul elektron yang menyebabkan arus lewat melalui isolasi. Kondisi ini
merupakan fungsi dari bahan, kontaminasi (khususnya air), dan temperatur.
Kelebihan konduktivitas akan membangkitkan panas yang menyebabkan isolasi gagal
secara bertahap.
4. Korona (Arus ionisasi).
Korona adalah proses di mana
molekul-molekul netral udara terlepas membentuk muatan ion-ion positif dan
negatif. Hal ini terjadi sehubungan dengan adanya stress yang berlebihan dari
void udara didalam isolasi. Udara kosong pada isolasi minyak atau isolasi padat
kemungkinan karena kerusakan akibat panas atau stress fisik, proses pembuatan
yang kurang baik, kesalahan instalasi, atau pengoperasian yang tidak benar.
Korona membentuk udara menjadi ozon, jikas bercampur dengan air akan membentuk
“nitrous acid”. Udara terionisasi akan membombardir sekeliling isolasi dan
menyebabkan panas. Kombinasi dari keadaan ini menghasilkan penurunan isolasi
dan lintasan karbon. Rugi-rugi korona meningkat secara exponensial dengan
naiknya tegangan.
3.3 Isolator Uji
Dalam pengujian
ini, isolator yang
digunakan adalah isolator dengan
variasi tiga sirip, yaitu variasi sirip besar besar besar (BBB) dan sirip besar
kecil besar (BKB).Berikut adalah bentuk isolator yang diuji.
Gambar 1 Sketsa Isolator 3 Sirip
BBB, BKB
Variasi isolator
BKB dan BBB
yang diuji masing
–masing dibedakan menjadi
BKB asli ( belum dilapisi
) dan BKB sesudah
dilapisi resin epoksi
silane, demikian juga dengan
variasi BBB dibedakan
menjadi BBB asli
( belum dilapisi ) dan BBB
sesudah dilapisi resin epoksi silane.
3.4 Pengujian tegangan flashover
Pengujian tegangan
lewat denyar dilakukan
dengan memberikan tegangan yang
secara terus-menerus dinaikkan
sampai pada akhirnya terjadi flashover. Berikut adalah rangkaian pengujian
tegangan flashover:
Gambar 2 Rangkaian pengujian
tegangan flashover
3.5 Pengujian arus bocor
Pada pengujian arus
bocor ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
arus bocor yang terjadi pada isolator saat diberi tegangan yang
bervariasi. Variasi tegangan
yang diterapkan dalam pengujian
adalah 4.66 kV,
9.32 kV, 13.98 kV, 18.64 kV, 23,3
kV, 27.96 kV.
Rangkaian pengujian
arus bocor diperlihatkan
pada gambar dibawah ini.
Gambar 3 Rangkaian Pengujian Arus
Bocor
3.5.1 Karakteristik
Arus Bocor Pada Kondisi Terkontaminasi Kering
Gambar 4 Grafik hubungan
antara tegangan dan arus bocor isolator pada kondisi terpolusi kering.
3.5.2 Karakteristik
Arus Bocor Pada Kondisi Terkontaminasi Basah
Gambar 5
Grafik hubungan antara tegangan dan
arus bocor isolator pada
kondisi terpolusi basah.
Daftar
Pustaka
Suyanto, Muhammad. 2010. Pengujian Isolator Pin-Post
20KV Terkontaminasi Garam Mengakibatkan Arus Bocor Flashover pada Permukaan:
SNAST periode II
Mustamin., Manjang, Salama. 2010. KARAKTERISTIK ISOLATOR
POLIMER TEGANGAN TINGGI DI BAWAH PENUAAN TEKANAN IKLIM TROPIS BUATAN YANG
DIPERCEPAT: MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 2
Amali, Lanto M Kamil. 2012. ANALISIS PENGUJIAN ARUS
BOCOR LINE POST INSULATOR 70 kV YANG TERKONTAMINASI POLUTAN INDUSTRI: Jurnal
Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1
Setiaji, M Ervan Dwi, Dkk. PENGUJIAN TEGANGAN
FLASHOVER DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR 20 KV BERBAHAN RESIN EPOKSI SILANE
KONDISI BASAH DAN KERING: Universitas Diponogoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar